Oleh
M Padeli
Aktivis Sosial di Banjarmasin
Mengenal istilah milenial dan anak muda menjadi kata-kata yang tak asing dimasa generasi Z. Generasi muda Indonesia hari ini memiliki potensi yang luar bisa. Bagaimana tidak, kaum muda merupakan figur intelektual yang terdidik dan paling banyak mengenyam pendidikan tinggi dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya (well educate ).
Apalagi, secara demografi sejumlah negara akan menghadapi bonus demografi,dimana penduduk usia muda mendominasi dari penduduk usia tua , hal ini memberikan peluang untuk mengambil peran besar dalam kehidupan bangsa ini. Jumlah anak muda di tanah air cukup signifikan yang tentu membawa harapan dengan semakin baik dan responsifnya kualitas tata kelola pemerintahan dan kesejahteraan sosial ekonomi Indonesia.
Dalam konteks ini, pemuda merupakan kelas menengah (middle class) Indonesia yang mengambil sisi peran terhadap `perubahan sosial dan ekonomi. Karena pemuda inilah yang nanti akan menjadi agen perubahan (agent of change ) dalam berbangsa dan bernegara.
Tak hanya itu, antusiasme dinamika politik dan persentase anak muda yang mendominasi pada pemilihan di tahun politik 2019 silam, membuat jumlah pemilih muda cenderung meningkat.
Dari lembaga litbang Kompas tahun 2019, jumlah pemilih muda kurang lebih berkisar 80 juta dari 186 juta pemilih. Namun, jumlah keterlibatan atau keterpilihan anak muda di DPR atau lembaga pemerintah lainnya cenderung menurun. Hal itu membuat kelompok umur ini menjadi target klaim para partai politik dalam mendulang suara.
Polemik politik yang beragam di tanah air menjadi daya tarik tersendiri di masyarakat, khususnya kaum muda Indonesia yang nantinya menjadi cikal bakal penerus bangsa.
Sangatlah menarik apabila berbicara politik dan anak muda ditinjau dari pemikiran anak muda hari ini. Semestinya ini menjadi peringatan bagi para aktor politik, posisi kaum muda ini cukup menentukan karena jumlah anak muda di negeri ini tidak sedikit.
Parpol layak diapresiasi karena dalam jajarananya melibatkan peran anak muda pada recruitment politik yang merujuk terhadap seleksi kandidat dan kaderisasi untuk terlibat di partai politik. Kehadiran anak muda selalu membawa harapan baru bagi penyegaraan dan terwujudnya perbaikan kualitas politik dan progresif sosial ekonomi. Karena itu, anak muda agar tidak diposisikan hanya menjadi pelengkap dan manipulasi oleh kepentingan-kepentingan pemangku kekuasaan.
Sayangnya, politik dewasa ini kerap memperoleh stigma negatif di kalangan masyarakat. Hal ini disebabkan ulah para politikus kader di dalamnya yang tidak menjiwai akan pentingnya suatu tujuan dalam kegiatan berpolitik yakni menciptakan suatu tatanan wajah masyarakat yang lebih baik dan sebagai alat mewujudkan kebahagian banyak orang. Maka, sangat disayangkan jika tujuan politik hanya untuk kebahagian segelintir orang.
Perihal inilah yang membuat kepercayaan publik dan kejenuhan masyarakat kepada partai politik rendah, karena sebagian aktor di dalam parpol yang ingin mempertahankan posisi tanpa menorehkan prestasi. Dalam lembaga survey LSI (Lembaga Survei Indonesia) per Agustus 2019, parpol menjadi lembaga negara yang memiliki tingkat kepercayaan paling rendah, berada pada kisaran 53 persen. Ini artinya bahwa kiprah politik dalam perspektif masyarakat masih buruk terhadap otoritas partai politik.
Karena itulah peranan anak muda agar terlibat mengubah stigma masyarakat, menstimulus pola pikir melibatkan kompabilitas antara anak muda dan parpol dalam menjalankan roda pemerintahan. Mau tidak mau, anak mudalah yang nanti mengantikan posisi kaum tua yang akan mengisi ruang jajaran eksekutif, legislatif, serta yudikatif.
Saatnya anak muda menyiapkan diri untuk terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dengan cara masing-masing dan dalam lingkup pemikiran yang berbeda. Generasi muda saat ini dituntut harus mengoptimalisasikan semua peran, pemikiran,gagasan serta potensinya untuk menyiapkan dirinya demi kemajuan Indonesia di masa depan.
Generasi muda Indonesia diharapkan kelak menjadi pemimpin dan pemilik masa depan yang memegang estafet kepemimpinan generasi pemimpin. Sosok pemimpin muda masa depan, bukan hanya pandai dalam hal intelektual, tetapi mampu mengimbangi dirinya dalam hal pengambilan keputusan. (*)
Leave a comment