BANJARMASIN – Perayaan Imlek tahun ini bakal berbeda. Pagebluk mengakibatkan perayaan keagamaan dibatasi. Imbasnya pedagang pernak pernik Imlek jadi sepi
Toko Nirmala misalnya. Meski puncak perayaan tinggal sepekan, tapi tidak banyak warga Tionghoa yang datang membeli pernak pernik atau perlengkapan sembahyang. Kalaupun ada, masih bisa dihitung dengan jari.
“Sejak pagi, baru tiga orang yang datang berbelanja,” tutur Mei Ching, pemilik toko, Jumat (5/2).
Itupun tidak banyak yang dibeli. Paling-paling hanya dupa (hio) dan angpao. Padahal banyak jenis pernak pernik yang dijual. Seperti lampion, hiasan gantungan, stiker, bunga kertas dan masih banyak lagi. Ia memahami kondisi ekonomi masyarakat sedang sulit. Selain pandemi Covid-19, sebagian besar daerah di Kalsel juga dilanda banjir.
Biasanya sepekan sebelum Imlek sudah ramai pembeli datang. Bahkan saking banyaknya, ia harus stok banyak barang. Tapi sekarang, Mei Ching tak berani menyediakan terlalu banyak. Khawatir tak laku.
Istri dari almarhum Yap Yung Yiu ini mengatakan, omzet per hari bisa mengantongi sekitar Rp4-6 juta per hari. Sekarang sebaliknya, merosot drastis. Untuk mendapatkan omzet Rp1 juta saja sulit.
“Hilangnya sampai 90 persen,” katanya.
Menurut wanita berusia 75 tahun ini, pelanggannya tersebar di seluruh daerah di Kalsel. Terbanyaknya adalah dari ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Barabai. Tapi sampai saat ini belum ada yang datang, mungkin juga mereka ikut terkena musibah.
“Kasihan saudara kita di sana yang dilanda musibah banjir. Jangankan memikirkan membeli pernak pernik, untuk makan saja mungkin mereka kesulitan,” ujarnya.
Meski begitu, Mei Ching tetap sabar dan yakin, pandemi akan segera berlalu. Toko yang dirintisnya 40 tahun silam bersama sang suami dapat tetap bertahan ditengah kondisi sulit ini.
“Di tahun sapi ini harus kerja lebih keras lagi. Semoga pandemi segera berakhir,” pungkasnya. (syl)