RETORIKABANUA.ID, Banjarmasin – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai kondisi yang sempurna secara fisik, mental, dan sosial, bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan (Sartorius, 2006). Ini menegaskan bahwa kesehatan mental merupakan bagian penting dari kesejahteraan manusia secara keseluruhan.
Seseorang dengan kesehatan mental yang baik mampu menyadari potensinya, menghadapi tekanan hidup sehari-hari, bekerja secara produktif, dan berkontribusi pada masyarakat (Ayuningtyas, Misnaniarti, & Rayhani, 2018). Sayangnya, kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan mental masih tergolong rendah, meskipun dampaknya sangat luas—baik secara personal maupun sosial.
Apa Itu Burnout?
Burnout adalah kondisi psikologis yang muncul akibat stres kerja yang berkepanjangan. Menurut Maslach dan Leiter (2007), burnout ditandai dengan tiga gejala utama:
-
Kelelahan emosional dan fisik
-
Sikap sinis terhadap pekerjaan
-
Merasa tidak mampu secara profesional
Baron dan Greenberg (1990) menambahkan bahwa burnout seringkali menimpa mereka yang menghadapi stres berulang dalam jangka panjang. Meski gejalanya mirip dengan stres biasa—seperti kelelahan, perubahan pola tidur, sakit kepala, dan mudah marah—burnout dan stres adalah dua hal yang berbeda.
Stres merupakan respons alami terhadap tekanan dan biasanya bisa dikelola. Namun jika stres berlangsung lama tanpa penanganan, ia bisa berkembang menjadi burnout, yang lebih serius dan memengaruhi berbagai aspek kehidupan.
Ciri-Ciri Burnout
Orang yang mengalami burnout sering merasa lelah terus-menerus, kehilangan motivasi, minat, bahkan harapan. Performa kerja menurun drastis, dan istirahat atau liburan pun tidak banyak membantu.
Beberapa gejala umum burnout meliputi:
-
Lelah sepanjang waktu
-
Penurunan kinerja secara signifikan
-
Perasaan tidak berdaya atau tidak berguna
-
Menarik diri dari lingkungan sosial
-
Gangguan tidur atau pola makan
Apa Penyebab Burnout?
Para ahli belum sepakat mengenai satu penyebab pasti burnout. Namun, banyak penelitian menunjukkan bahwa burnout seringkali dipicu oleh:
-
Stres kerja berkepanjangan
-
Tuntutan pekerjaan yang berlebihan (work overload)
-
Minimnya penghargaan atau pengakuan
-
Kurangnya kontrol terhadap pekerjaan
-
Perkembangan karier yang terhambat
-
Ketidaksesuaian antara nilai pribadi dan pekerjaan
Baik faktor pribadi maupun lingkungan kerja dapat menjadi pemicu. Ketika seseorang merasa gagal mencapai ekspektasi atau tidak mendapat dukungan yang cukup, risiko burnout semakin tinggi.
Apakah Burnout Bisa Disembuhkan?
Kabar baiknya, burnout bisa diatasi. Menurut Baron dan Greenberg (1990), dengan pendekatan yang tepat, seseorang dapat pulih dari kelelahan fisik dan mental akibat burnout.
Berikut beberapa langkah untuk mengatasinya:
-
Mengurangi paparan stres
-
Membangun dukungan sosial dari teman, keluarga, atau rekan kerja
-
Mengembangkan hobi dan aktivitas baru yang menyenangkan
-
Menyesuaikan ekspektasi dan target pribadi
-
Mencari bantuan profesional seperti psikolog atau konselor jika diperlukan
Dengan upaya berkelanjutan, seseorang bisa kembali menemukan semangat, meningkatkan produktivitas, dan meraih keseimbangan hidup yang lebih sehat.
Kesimpulan
Burnout bukan sekadar kelelahan biasa. Ia adalah sinyal serius dari tubuh dan pikiran bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki. Mengenal gejalanya sejak dini, memahami penyebabnya, dan mencari solusi adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan mental. Jangan anggap remeh kelelahan berkepanjangan—karena ketika tubuh dan pikiran berhenti bekerja selaras, kualitas hidup ikut tergerus. (ms)
Leave a comment