BANJARMASIN-Puluhan warga Handil Bakti, Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, antusias mengikuti kegiatan Literasi Media Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Kalimantan Selatan bersama Pasca Sarjana Ilmu Komunikasi Uniska Banjarmasin di kantor kelurahan setempat, Jumat (10/12).
Tak hanya itu, mereka juga menyerap sosialisasi rencana migrasi TV analog ke digital.
Puluhan warga itu tergabung Kelompok Masyarakat Peduli Siaran (KMPS). Dengan lembaran kertas serta pulpen, mereka fokus menyimak pemaparan koordinator bidang pengawasan isi siaran, Rozy Maulana.
Komisioner KPID Kalsel yang pernah lama bergelut di dunia jurnalistik itu menyampaikan seputar penyiaran sehat untuk menuju migrasi analog ke figital.
Maksud penyiaran sehat, ujar Rozy, yaitu sebagai sarana informasi, pendidikan, hiburan, dan perekat serta kontrol sosial masyarakat. “Yang perlu perhatian dan pengawasan bersama ada beberapa yang program siaran yang menunjukkan kekerasan,” ujarnya.
Royani, salah satu peserta kegiatan, mengakui tercerahkan dengan literasi media yang disampaikan. Dia tak menampik saat ini banyak isi siaran televisi yang bukan untuk konsumsi anak-anak muncul di jam yang tidak tepat. Misalnya, sinetron percintaan.
“Kalau saya di rumah, anak-anak nonton televisi harus selalu didampingi. Kalau dia melihat acara percintaan itu, langsung saya pindah channel dengan tayangan pendidikan,” ujarnya.
Sementara terkait rencana migrasi TV analog ke figital, Royani mengaku masih merasa asing. Menurutnya perlu sosialisasi lebih dalam dan contoh yang ditampilkan dari TV digital itu.
Dalam sosialisasi ini, Wakil Ketua KPID Kalsel Fadli Rizky menjelaskan perbedaan antara TV analog dan digital. Secara isi chanel siaran tidak berbeda, namun dari segi kualitas yang menunggu perbedaan.
Komisioner yang juga pernah berprofesi sebagai jurnalis televisi ini mengatakan, sinyal TV digital lebih baik dari analog. Hal ini karena selama ada sinyal, maka masyarakat bisa menerima siaran TV di manapun mereka berada. (nn)